Sunday, August 07, 2016

Perilaku Politik


Interaksi antara pemerintah dan masyarakat, di antara lembaga-lembaga pemerintah, dan di antara kelompok dan individu dalam masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan, dan penegakan keputusan politik pada dasarnya merupakan perilaku politik. Perilaku politik adalah proses timbal balik di dalam suatu negara antara pembuatan keputusan dengan warga negara biasa yang bertindak sebagai pihak yang hanya dapat mempengaruhi proses pembuatan keputusan politik tersebut. Perilaku politik juga adalah kegiatan-kegiatan yang memiliki hubungan dengan politik, atau disebut kegiatan politik. Oleh karena itu, perilaku politik dibagi dua, yakni perilaku politik lembaga lembaga dan para pejabat pemerintah, dan perilaku politik warga negara biasa. Kegiatan politik lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga politik tersebut adalah bertanggungjawab atas wewenang proses politik, sedangkan kegiatan politik warga negara biasa adalah partisipasi politik. Jika dikaitkan dengan Pemilukada, warga negara biasa memiliki andil dalam proses pembuatan keputusan yang berpengaruh terhadap masa depan daerahnya.
Deskripsi Perilaku politik pada umumnya ditentukan oleh faktor internal dari individu sendiri seperti idealisme, tingkat kecerdasan, kehendak hati dan oleh faktor eksternal atau kondisi lingkungan seperti kehidupan beragama, sosial, politik, ekonomi dan sebagainya yang mengelilinginya. Abdul Munir Mulkhan melihat perilaku politik sebagai fungsi dari kondisi sosial dan ekonomi serta kepentingan, maka perilaku politik sebagian diantaranya adalah produk dari perilaku sosial ekonomi dan kepentingan suatu masyarakat atau golongan dalam masyarakat tersebut. Sedangkan menurut Jack C. Plano dkk dalam Moh. Ridwan perilaku politik adalah: “Pikiran dan tindakan manusia yang berkaitan dengan proses pemerintahan.
Teori perilaku politik adalah sebagai salah-satu aspek dari ilmu politik yang berusaha untuk mendefinisikan, mengukur dan menjelaskan pengaruh terhadap pandangan politik seseorang, ideologi dan tingkat partisipasi politik. Secara teoritis, perilaku politik dapat diurai dalam tiga pendekatan utama yakni melalui pendekatan sosiologi, psikologi dan domain kognitif. Perilaku politik juga bisanya di pahami sebagai tanggapan-tanggapan internal (pikiran, persepsi, sikap dan keyakinan) dan juga tindakan - tindakan yang nampak (pemungutan suara, gerak protes, lobying, kaukus, kampanye dan demonstrasi)”.
Setiap manusia pasti memiliki perilaku (tindakan) tersebut, yakni suatu totalitas dari gerak motorik, persepsi dan juga fungsi kognitif dari manusia. Salah satu unsur dari perilaku adalah gerak sosial yang terikat oleh empat syarat, yakni:
1.      diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu,
2.      terjadi pada situasi tertentu,
3.      diatur oleh kaidah-kaidah tertentu, dan
4.      terdorong oleh motivasi-motivasi tertentu.

Tindakan manusia merupakan sebagai hasil komulatif seluruh proses pemahaman tentang seluruh mekanisme psikologis dan efek dari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia, sedangkan perilaku pada dasarnya terarah pada tujuan yang dilakukan untuk memuaskan kebutuhannya sebagaimana dihayati dalam dunianya, yaitu dunia menurut penghayatannya. Dengan demikian, pengertian tindakan berkaitan dengan perilaku, dimana antara keduanya saling terikat dan faktor yang mempengaruhi perilaku adalah sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan. Perilaku politik juga merupakan perilaku yang menyangkut persoalan politotoritas untuk mengatur kehidupan masyarakat ke arah pencapaian tersebut. Perilaku politik merupakan tindakan yang dilakukan oleh suatu subyek yang dapat berupa pemerintah juga masyarakat.
Selain itu, terdapat kaitan yang erat antara perilaku politik dan budaya politik. yaitu bahwa perilaku politik tidak hanya ditentukan oleh situasi temporer, tetapi mempunyai pola yang berorientasi umum yang tampak secara jelas sebagai pencerminan budaya politik yang bisa disebut peradaban politik. Artinya, perilaku politik tumbuh atas kesadaran yang mendalam tentang sistem politik yang berlangsung atau tentang ideologi negara yang sedang dianut di masyarakat tersebut serta interaksi yang muncul antara masyarakat, individu dan budaya politik tersebut.
Proses politik akan melahirkan bentuk-bentuk partisipasi politik yang dilakukan oleh individu dan kelompok yang kemudian akan disosialisasikan melalui transmisi kebudayaan, baik melalui pendidikan keluarga, kelompok-kelompok pergaulan, di lingkungan pekerjaan, interaksi melalui model media komunikasi massa, maupun interaksi politik secara langsung. Sehingga kemudian dapat memilahkan kategori budaya politik tersebut atas tiga pemilahan, yaitu budaya politik partisipan, budaya politik subyek dan budaya politik parokialik.
Tipe budaya politik dalam tiga bentuk, yaitu :

a.       Budaya politik parokial, yaitu terbatas pada wilayah atau lingkup yang kecil, sempit atau yang bersifat provinsial.
b.      Budaya politik subyek, yaitu anggota, masyarakat mempunyai minat, perhatian, mungkin pula kesadaran terhadap sistem sebagai keseluruhan terutama segi outputnya.
c.       Budaya politik partisipan, yaitu suatu bentuk kultur di mana anggota masyarakat cenderung diorientasikan secara eksplisit terhadap sisitem sebagai keseluruhan dan terhadap struktur dan proses politik serta administratif, dengan kata lain terhadap aspek input dan output dari sistem politik itu.

Perilaku politik dalam Pemilukada selanjutnya disebut juga sebagai perilaku memilih. Dalam memahami perilaku pemilih, akan digunakan beberapa pendekatan yaitu pendekatan sosiologi, pendekatan psikologi dan pendekatan Domain kognitif.


a.       Pendekatan Sosiologi
Secara garis besar, pendekatan ini menjelaskan bahwa karakteristik sosial serta pengelompokan kemasyarakatan mempunyai pengaruh kuat terhadap perilaku memilih. Pendekatan sosiologi pertama kali di temukan oleh Universitas Columbia (Columbia’s University Bureau of Applied Social Sciense) atau lebih dikenal dengan kelompok columbia. Dengan menerbitkan dua karya yakni The People’s Choice pada tahun 1948 dan Voting pada tahun 1952. Dalam karya tersebut di ungkapkan bahwa perilaku politik seseorang terhadap partai politik dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti sosial ekonomi, afiliasi atau hubungan etnik, tradisi keluarga, keanggotaan terhadap organisasi, usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal dan lain-lain, atau yang di sebut pengelompokan sosial.



b.      Pendekatan Psikologi
Pendekatan psikologi pertama kali di temukan oleh Pusat Peneliti dan Survey Universitas Michigan (University of Michigan’s Survey Research Centre). Hasil dari karya kelompok Michigan yang penting disitu adalah The Voter’s Decide (1954) dan The Amerika Voter (1960). Pendekatan ini sekurang-kurangnya menurut Campbell (1954) dimasudkan untuk melengkapi pendekatan sosiologi yang kadang-kadang dari segi metodologi agak sulit menentukan kriteria pengelompokan masyarakat. Selain itu ada kecenderungan bahwa semakin lama dominasi kelas tertentu terhadap partai politik tentu tidak lagi mungkin mutlak. Inti dari pendekatan psikologi adalah identifikasi seseorang terhadap partai tertentu yang kemudian akan mempengaruhi sikab orang tersebut terhadap para calon dan isu-isu politik yang berkembang. Kekuatan dan arah identifikasi kepartaian adalah kunci dalam menjelaskan sikap dan perilaku pemilih.

c.       Pendekatan Domain Kognitif
Dalam mengembangkan model tersebut mereka menggunakan sejumlah kepercayaan kognitif yang berasal dari berbagai sumber seperti pemilih, komunikasi dari mulut ke mulut dan media massa. Model ini dikembangkan untuk menerangkan dalam memprediksi perilaku pemilih.





0 comments: